Kamis, 01 Maret 2012

Membersihkan Jiwa

Allah SWT berfirman: "...dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaanNya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya." (QS.Asy-Syams : 7-10).

Aspek tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), merupakan salah satu aspek yang harus mendapatkan perhatian dari seorang insan muslim yang mendambakan hadirnya ketentraman jiwa dalam dirinya, jiwa yang ridha kepada Allah dan Allah pun ridha kepadanya, jiwa yang tentram (annafsul muthma'innah) tersebut akan mengiringinya menghadap Allah SWT. Sehingga masuklah ia ke dalam hamba-hamba Allah yang diridhai dan Allah menganugerahkan kepadanya surgaNya yang luasnya seluas langit dan bumi.Islam sebagai satu din (agama) yang bersifat kamil dan mutakamil (integral dan komprehensif) memberikan perhatian yang bersifat yang besar terhadap permasalah tazkiyatun nafs ini sebagaimana termaktub dalam nash-nash yang terdapat dalam Al-Quran dan As Sunnah. Nash-nash tersebut akan membimbing pribadi-pribadi muslim yang cinta kepada Allah menuju kepada timbulnya ketentraman jiwa, yang akan menumbuhsuburkan iman, yang akan menghindarkan dirinya dari kehampaan jiwa, kegersangan iman dan keputusasaan akan rahmat Allah.
Penyucian jiwa juga merupakan salah satu tujuan penting daripada diutusnya para Rasul oleh Allah SWT sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayatNya berikut ini:"...sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kamu kepada Alkitab dan Al Hikmah." (QS.Al-Baqarah : 151).Allah SWT telah menjelaskan dan memberikan petunjuk dalam ayat-ayatNya mengenai jenis-jenis nafs (jiwa) sekaligus menunjukkan peringkat-peringkatnya, sehingga kita bisa berjalan menuju penyucian jiwa itu dengan melalui peringkat-peringkat nafs tersebut.Adapun jenis dan peringkat tersebut adalah sebagai berikut:

1. An-Nafsul Ammarah bis-Su'
Allah SWT berfirman:"....karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan." (QS.Yusuf : 53).An-Nafsul Ammarah bis-Su' adalah jiwa (nafs) yang selalu menyuruh kepada kejahatan, jiwanya menjauhi pertentangan terhadap kemaksiatan, tunduk dan taat kepada kehendak hawa nafsu dan godaan-godaan setan.

2. An-Nafsul-Lawwamah
Allah SWT berfirman:"Dan aku bersumpah dengan jiwa yang sangat menyesali (dirinya sendiri)." (QS.Al-Qiyamah : 2).An-Nafsul Lawwamah adalah jiwa (nafs) yang menyesali dirinya. Karenanya nafs itu mencerca pemiliknya ketika dia menyadari dirinya masih melakukan kelalaian dalam pengabdiannya kepada Allah.

3. An-Nafsul Muthma'innah
Allah SWT berfirman:"Hai jiwa yang tentram, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu." (QS.Al-Fajr : 27-30).An-Nafsul-Muthma'innah adalah jiwa (nafs) yang tentram/tenang, jiwa yang suci, penuh ketundukan, kepatuhan, dan ketaatan hanya kepada Allah semata, hawa nafsu sudah tidak bisa mengusik/mengajaknya lagi kepada kemaksiatan.
 

Jalan Menuju Penyucian Jiwa
Allah SWT berfirman:"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebenaran Tuhannya dan menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya." (QS.An-Nazi'at : 41).
Rasulullah SAW bersabda:"seorang pejuang (mujahid) adalah orang yang memerangi hawa nafsunya untuk (mengenal) Allah." (HR. Tir-midzi).Atas dasar itulah maka didapatkan satu gambaran bahwa titik tolak proses menuju penyucian jiwa tersebut adalah berawal dari membenci dan memerangi terhadap berbagai hawa nafsu yang akan membinasakan diri (mujahadatun-nafs).Sehubungan dengan itu salah seorang ulama yakni Ibnu Atha' mengatakan "Sumber dari maksiat dan nafsu birahi dan kelalaian adalah kesenangan terhadap hawa nafsu. Sedangkan sumberdari ketaatan, keterjagaan, dan pengekangan diri dari hal yang hina adalah membenci hawa nafsunya lebih baik dibanding berteman dengan orang pandai yang menyukai hawa nafsunya."Ulama yang lain yakni Syaikh Zarwaq mengatakan, "Sumber perilaku yang tercela ada tiga: condong kepada hawa nafsu, takut kepada manusia, dan cinta dunia." condong kepada hawa nafsu menimbulkan nafsu birahi, kelalaian dan maksiat. Takut kepada manusia menimbulkan sifat pemarah, dendam dan hasud, dan cinta dunia melahirkan penyakit sifat tamak dan kikir. Sementara itu tekun melaksanakan sumber perilaku yang terpuji dapat menghapus dan memusnahkan semua hal itu, yaitu membenci hawa nafsu dalam segala hal dan menghindarinya setiap waktu.
 

Rukun-Rukun Mujahadatun-Nafs 
Allah SWT berfirman:"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami." (QS.Al-Ankabut : 69).Ayat tersebut merupakan suatu petunjuk bahwa jalan menuju penyucian jiwa dalam rangka mencapai ridha Allah membutuhkan kesungguhan dan pengorbanan serta keikhlasan, dan atas usaha tersebut Allah akan menunjukkan jalannya.Adapun rukun-rukun Mujahadatun Nafs yang terdapat dalam nash Al-Quran dan As Sunnah antara lain adalah:

1. Uzlah (mengasingkan diri). 
Uzlah di sini bukanlah berarti menjauhkan diri dari keramaian manusia, menyendiri di suatu tempat yang sepi atau memutuskan hubungan dengan keduniawian, karena hal-hal tersebut bertentangan dengan tatacara kehidupan yang diatur oleh Islam,sedang Islam menyuruh untuk bergaul dengan baik, berkumpul dengan sehat, beramah-tamah atau bersahabat dengan mereka yang suka kepada kebaikan. Seorang mukmin yang bergaul dengan orang banyak dan sabar atas tindakan-tindakan mereka, lebih baik dari orang yang tidak bergaul dengan mereka dan tidak sabar atas tindakan-tindakannya yang menyakitkan. (HR.Ahmad). Serigala akan memakan domba yang menyendiri. (HR.Tirmidzi). Uzlah di sini artinya adalah beruzlah dari kekufuran, kemunafikan, kefasikan, beruzlah dari orang kafir, dari orang munafik, dari orang fasik serta beruzlah dari tempat-tempat yang penuh dengan caci maki terhadap ayat-ayat Allah dan Sunnah Rasul.Allah SWT berfirman:"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka. Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari kekafiranmu, dan telah nyata antara kami dan kamu bermusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah." (QS.Mutahanah : 4)."Dan apabila melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan itu), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (QS.Al-An'am : 68).Jadi semua bentuk uzlah itu dilakukan terhadap kesesatan dan orang-orang yang sesat. Inilah kaidah umum bagi seorang muslim dalam persoalan uzlah dan pergaulan (khalthah). Dengan demikian kita mengetahui kapan uzlah itu mutlak wajib dalam untuk dilaksanakan.

2. Ash Shumtu (berdiam diri).
Allah SWT berfirman:"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi pahala yang besar. (QS.An-Nisa : 114).Rasulullah SAW bersabda:"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bertutur kata yang baik atau diam." (HR. Bukhari).Lisan adalah pantulan dari diri kita. Memelihara lisan sesuai dengan ajaran Allah merupakan salah satu perkara terpenting bagi manusia. Bagaimana manusia memelihara lisan dari dosa dan omong, menggunakannya untuk perkara-perkara yang baik semuanya itu membutuhkan pengekangan diri atau hawa nafsu yang memadai. Membiasakan diri untuk diam merupakan awal dari pembiasaan menimbang kata-kata sebelum dilontarkan.Rasulullah SAW bersabda:"Kalau tidak karena hati kalian ternoda dan pembicaraan (lisan) kalian yang berlebih-lebihan niscaya kalian akan mendengar apa yang aku dengar." (HR.Ahmad). Kita dapatkan bahwa berlebih-lebihan dalam pembicaraan merupakan salah satu faktor dari tertutupnya hati dari hal-hal yang gaib.Diam yang merupakan awal dari pengekangan lisan, namun jika pembicaraan itu wajib dilontarkan dalam rangka amar ma'ruf nahi munkar, maka diam pada situasi demikian adalah haram hukumnya.

3. Al-ju' (lapar) 
Rasulullah SAW bersabda:"Kalian wajib susah, karena sesungguhnya susah itu merupakan kunci hati." Mereka bertanya, "Bagaimana susah itu wahai Rasulullah?" 
Rasulullah menjawab, "Tundukkan hawa nafsu kalian dengan lapar dan jadikan ia dahaga!" (HR.Thabrani dengan sanad yang hasan).
Dari hadits ini kita melihat bagaimana lapar memungkinkan untuk menjadi obat bagi jiwa dalam salah satu keadaan dan salah satu penyakitnya.Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:"Wahai pemuda, jika diantara kamu telah ada yang mampu untuk menikah, menikahlah! Sebab itu sangat baik untuk memelihara penglihatan dan kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa sebab puasa itu menjaga nafsu syahwat." (HR. Bukhari).Dari hadits ini diketahui bagaimana lapar menjadi obat bagi jiwa dalam beberapa kondisi. Dengan kedua hadits tersebut, kita mengetahui bahwa lapar menjadi obat bagi sebagian keadaan jiwa. Makan sampai merasa kenyang adalah boleh dengan catatan seseorang tersebut tidak mengikuti semua kehendak hawa nafsunya, yang tidak boleh adalah makan kenyang terus-menerus, karena hal itu akan mematikan hati.Oleh karena itu Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengatakan:"Makanan bagi manusia sekedar menegakkan tulang punggungnya. Kalau tidak, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga lagi untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas. (HR.Tirmidzi)

.4. As-Saharu (tidak tidur malam) 
Allah SWT berfirman:"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat untuk khusyuk dan bacaan di waktu itu lebih berkesan."(QS.Al-Muzzammil : 6).Rasulullah SAW bersabda:"Barang siapa shalat Isya' dengan berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melakukan shalat dua rakaat (shalat Dhuha), maka pahalanya seperti pahala haji dan umrah yang sempurna. (HR. Tirmidzi).Melakukan ibadah pada malam hari sangat berat bagi semua orang, karena itulah Allah memberikan keutamaan dibanding dengan waktu-waktu yang lain. Ibadah pada malam hari memberi pengaruh terhadap kejernihan jiwa yang tidak dapatkan pada saat-saat yang lain.Pernah seseorang bertanya kepada Hassan bin Ali (cucu Rasulullah SAW)."Mengapa seseorang yang gemar shalat malam selalu berwajah ceria dan cerah? Hassan bin Ali menjawab, "Itu disebabkan karena ia selalu berdialog dengan Allah. Oleh karenanya, janganlah heran bila Allah memancarkan sebagian cahayaNya pada sebagian mereka."Kebiasaan bangun malam juga dilakukan oleh Abdullah bin Mas'ud apabila malam telah larut, dan manusia sedang tertidur lelap. Abdullah bangun, membaca Al-Quran dengan suara yang merdu. Tidak jarang, dia juga bangun malam untuk mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran yang dibaca orang dalam masjid. Memang mengisi malam dengan shalat, dzikir, membaca dan mendengarkan ayat-ayat suci Al-Quran merupakan hal-hal yang lebih disukai para sahabat Rasulullah SAW.Demikian uraian yang berkaitan dengan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), mujahadatun nafs, dengan harapan semoga Allah membimbing kita dalam melaksanakan penyucian jiwa ini.

2 komentar:

  1. andaikata orang Islam semuanya mau melaksanakan mujahadh nafs, Insya Allah islam dan imannya kualitas.

    mas hanan punya pengalaman tentang spritual tsb...?

    BalasHapus
  2. belum jelas maksud kang xarel ttg pengalaman...
    dan saya saat ini aktif di
    Laskar Islam Forum

    semoga kang xarel berkenan memberi dikit info agak jelas....

    BalasHapus