Kamis, 22 Desember 2011

Maut adalah Keringanan

Anas Radhiallaahu `anhu meriwayatkan hadits Rasulullah Saw:
"Anak Adam tidak menemui sesuatu yang diciptakan Allah melebihi hebatnya maut, padahal maut itu merupakan peristiwa yang paling ringan dibandingkan dengan kejadian-kejadian sesudahnya." (HR. Ahmad)
Takut kepada kematian adalah naluri semua makhluk hidup, sifatnya sangat alamiah. Bayangan kematian merupakan bayangan yang paling menakutkan. Di dunia ini tidak ada yang paling menakutkan melebihi kematian. Seandainya tidak ada kematian, tidak ada sesuatupun yang ditakuti. Risiko tertinggi di dunia ini adalah mati. Tidak ada yang melebihinya lagi.
Seorang penguasa yang paling berkuasa sekalipun akan merasa hina dan nista di depan kematian. Ia merasa kecil dan kerdil, karena kedatangannya tanpa permisi apalagi meminta izinnya. Jika Allah telah menetapkan ajalnya, malaikat mautpun siap menjemputnya, tanpa ada kompromi. Kekuasaan, kekayaan, prajurit, teman, kerabat, dan segala yang ada di dunia ini, tak ada yang bisa mencegah kematian.


Kematian adalah pemisah dan kematian pula adalah penyatu.
Kematian adalah kebahagiaan dan kematian pula adalah kesedihan.
Di posisi mana kita akan menempatkan kematian?

Kawan.....
Adakah jiwa masih berani bermaksiat kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya? Manakah yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu beroleh adzab yang pedih?
Bagi hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang pasti datangnya. Dan hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir.

Sesungguhnya teramat sukar untuk mengetahui segala peristiwa setelah maut mendatangi kita.Tiada surga dan tiada neraka melainkan segala hal yang menyangkut kehidupan manusia.keturunan dan harta yang kita tinggalkan adalah urusan Allah sepenuhnya.Mengapa masih harus bersedih terhadap apa-apa yang akan dan pasti kita tinggalkan?

Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir bahwa anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad?

Salam ukhuwah

2 komentar:

  1. Turut berduka cita atas wafatnya abang kita, Andi Bombang

    Wasslm. Alkm. wr wb

    Reza di Gorontalo (087845052626)

    BalasHapus
  2. inna lillahi wa inna ilaihi roji'un

    BalasHapus