Sabtu, 26 Februari 2011

Taman Surga,,,,,Waspada

Maha Sempurna Allah dengan segala sifat,ilmu dan perbuatanNya
Sholawat atas Rasulullah saw,keluarga dan pengikutnya.

Pilihan adalah karunia Allah bagi manusia.Sehingga manusia mampu menggunakan akal/rasio untuk memilih tindakan-tindakan yang akan menyebabkan datangnya suatu akibat baginya.Kebenaran dan kebatilan adalah pilihan yang dihadapi manusia dalam setiap bagian dalam perjalanan hidupnya.
Peran iblis adalah menghiasi kebatilan dan dipilih manusia atas kehendak manusia itu sendiri.Bukan iblis yang menyebabkan kebinasaan seseorang tetapi kehendak oranglah penyebab utama kebinasaan.
Seringkali seseorang merasa benar atas tindakan yang akan-sedang-telah dilakukan terlebih pada keyakinan/agama,namun seringkali juga orang terlupa pada kebenaran yang disampaikan oleh hati nurani.
Pemikiran yang jernih akan menunjukkan bahwa tindakan/keyakinannya salah,tapi entahlah, kesalahan itu tidak mampu ditinggalkan.
Penting diketahui bahwa pemikiran yang jernih hanya dapat dicapai dengan hati yang bersih,seperti gelas bersih yang berisi air bening dan mudah ditembus cahaya.Cermin yang berkarat tidak akan mampu menampilkan duplikat seindah aslinya dan tidak memantulkan cahaya dengan terang.

Maksiat yang rutin dilakukan dan hati yang mendua pada Tuhan adalah faktor penting dalam “penggelapan hati”.Kebiasaan yang dilakukan manusia dalam mencari nafkah dengan sedikit dusta pada saat menjual, menerima hadiah karena jabatan,meminta lebih saat membeli,tidak berlaku adil dalam memberi keputusan dan sebagainya tidak akan terlihat sebagai kebatilan.Kebiasaan tercela tersebut dihiasi oleh iblis melalui rasa takut lapar,takut miskin,takut tak popular dan semacamnya hingga manusia membenarkan alasan yang dikemukakan iblis lantas terjadilah maksiat yang istiqomah.Berakibat pada hilangnya batasan halal dan haram,perintah dan larangan,menjadikan Tuhan berada di perut,Tuhan berada di TV,Tuhan berada di laci meja,Tuhan berada di tabloid dan akhirnya tiada lagi Tuhan kecuali pada saat ditimpa musibah dan menjelang kematian.

Alah memerintahkan tiap muslim untuk tidak bersikap ;
“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak mereka” (Az Zukhruf 23)

Frasa “agama” pada ayat diatas hendaklah diartikan juga sebagai pandangan hidup,kebiasaan,ideologi,dan hukum.

“semoga Allah merahmati orang yang berkenan menunjukkan aibku”
(Amirul Mukminin-Umar bin Khattab ra)

Salam ukhuwah

Jumat, 25 Februari 2011

Pandangan Keliru Tentang Tuhan 2

Maha Suci Allah dari apa yang mereka katakan dan mereka sifatkan
Sholawat atas Rasulallah saw,keluarga dan pengikutnya

Tuhan dalam Agama Buddha?

Sebenarnya Budhis tidak dapat dikatakan atheis karena ajaran tersebut juga mengenal tuhan tetapi tidak sebagai pencipta.

3. Tuhan yang maha pengasih

Agama samawi mengajarkan mengenai Tuhan maha pengasih yang "menurunkan hujan baik bagi orang jahat maupun orang baik." Konsep semacam ini terdapat dalam diri Sang Buddha, yang bahkan memiliki cakupan kasih jauh lebih luas. Kasih itu tidak hanya
ditujukan bagi umat manusia saja, melainkan setiap makhluk, termasuk setan dan penghuni neraka. Sang Buddha di dalam Sutra Saddharmapundarika menyatakan bahwa ia adalah Bapak bagi Semua Makhluk. Jadi personifikasi sifat-sifat Tuhan itu ada dalam diri Sang Buddha, karena Buddhisme mengajarkan untuk mewujudkan kualitas Tuhan dalam diri umat manusia.Sekarang kita hendak mengajukan pertanyaan bagi konsep Tuhan maha pengasih. Bila benar Tuhan adalah maha pengasih, mengapa ia menciptakan neraka sebagai hukuman bagi kejahatan? Tuhan adalah juga bersifat maha kuasa, sehingga ia seharusnya sanggup mencegah agar para pelaku kejahatan tidak dilahirkan di muka bumi ini, sehingga ia tidak perlu melemparkan mereka ke dalam neraka kelak. Selain itu, jika benar Tuhan maha pengasih, maka mengapa penderitaan di muka bumi ini? Lebih jauh lagi, fakta membuktikan bahwa kitab-kitab suci agama tertentu mengandung kekejaman serta menganjurkan genosida. Nah, kita boleh merenungkan apakah benar Tuhan maha pengasih yang mengajarkan semua itu?

Meluruskan ;
Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.Kami tidak akan menjabarkan makna alam karena sudah pasti meliputi seluruh makhluk termasuk benda mati.
Buddhisme mengajarkan untuk mewujudkan kualitas Tuhan dalam diri umat manusia,kualitas yang bagaimana yang dimaksud Budha?Manusia tidak akan pernah mencapai derajat Tuhan tetapi manusia akan mampu menjadi manusia ber-ketuhanan,yakni memiliki sifat dan perilaku sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Tuhan.
Pertanyaan Buddhisme,” Bila benar Tuhan adalah maha pengasih, mengapa ia menciptakan neraka sebagai hukuman bagi kejahatan?”
Jawaban kami,”Tuhan menciptakan hukum sebab akibat.Sebabnya jahat,akibatnya neraka.Sebabnya baik,akibatnya surga.”
Budha melupakan satu pertanyaan,” Bila benar Tuhan adalah maha pedih siksaNya,mengapa ia menciptakan surga sebagai balasan bagi kebaikan?”
Pertanyaan yang terlupa tidak akan pernah dapat dijawab oleh Buddhis.
Buddhis memaksa logika manusia untuk memahami kehendak Tuhan.

Mengapa ada penderitaan di muka bumi ini?Karena ada kebahagiaan di muka bumi.
Islam tidak menganjurkan genosida tetapi Islam tidak akan menolak perang jika terdapat faktor2 yang menyebabkan kerusakan lebih luas di muka bumi.
Pertanyaan saya kepada Buddhis,bagaimana peran Buddhis selama masa penjajahan Belanda dan Jepang?Di garis depan atau garis belakang?Apa yang akan dilakukan umat Budha jika melihat penyiksaan dilakukan oleh kaum agama lain terhadap umat Budha di lain negara?
Tuhan Yang Maha Pengasih tidak mengajarkan pembunuhan,tetapi Tuhan Yang Maha Benar mengajarkan untuk membela kebenaran dimanapun manusia berada sekalipun harus melepas nyawanya.

4. Tuhan yang maha mengetahui

Tuhan sanggup mengetahui segalanya (omniscience), karenanya ia disebut maha tahu. Ternyata Buddha juga disebut maha tahu (sarvajnana) dan selain itu salah satu gelar Buddha adalah Pengenal Segenap Alam (lokavidu). Hanya saja ada perbedaan konsep maha tahu dalam Buddhisme dan agama samawi. Konsep maha tahu samawi adalah Tuhan mengetahui segalanya sepanjang waktu mulai dari masa lampau yang tak terhingga hingga masa depan yang tak terhingga pula. Semuanya telah berada dalam benak Tuhan kapanpun juga, termasuk sejarah alam semesta. Tuhan sudah mengetahui apa yang terjadi 1 detik, 1 menit, 1 hari, 1 tahun, 1 abad, atau bahkan jutaan tahun yang akan datang.Konsep maha tahu dalam Buddhisme berbeda dengan konsep di atas.
Kemaha-tahuan dalam Buddhisme justru berarti mengetahui "apa yang mungkin diketahui dan tidak mungkin diketahui." Menurut ilmu fisika kuantum, tidak semua hal dapat diketahui dengan pasti (ingat Prinsip Ketidakpastian Heisenberg), karena banyaknya faktor dinamis yang berinteraksi satu sama lain. Kita mustahil untuk mengetahui semuanya dan hanya dapat mengungkapkan atau memprediksikan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi secara parsial saja. Jadi tidak ada peristiwa yang dapat diramalkan pasti terjadi secara 100 %, karena alam semesta bersifat dinamis. Apa yang Buddha dapat ramal atau prediksikan adalah pencapaian Kebuddhaan seorang Bodhisatta pada masa mendatang yang disebut vekkarana (Sanskrit: vyakarana).Jika demikian, apakah Tuhan samawi lebih hebat dibandingkan Buddha, karena sanggup mengetahui segalanya hanya dalam satu kilasan pikiran saja? Tunggu dulu! Baiklah kita akan melakukan telaah secara kritis.
Salah seorang penganut agama samawi pernah mengatakan bahwa Tuhan mengetahui penderitaan kita dan ikut bersedih karenanya, sebaliknya bila kita berbahagia Tuhan juga ikut berbahagia. Sekilas memang hal ini nampak "mengharukan." Tuhan sungguh peduli dan mengetahui perasaan kita. Tetapi marilah kira renungkan lebih jauh. Dalam saat
yang bersamaan, tentu ada orang yang merasa senang dan juga sedih. Jika demikian, apakah Tuhan akan merasa senang dan sedih sekaligus? Ini tentu mustahil Kedua, jika Tuhan maha mengetahui, maka ia tentunya sudah mengetahui bahwa malaikat akan berkhianat dan menjadi iblis. Mengapa ia membiarkannya begitu saja?

Meluruskan ;
Buddhisme menyatakan “Kemaha-tahuan dalam Buddhisme justru berarti mengetahui "apa yang mungkin diketahui dan tidak mungkin diketahui." Menurut ilmu fisika kuantum, tidak semua hal dapat diketahui dengan pasti (ingat Prinsip Ketidakpastian Heisenberg), karena banyaknya faktor dinamis yang berinteraksi satu sama lain.”
Jawaban ;
Kemaha tahuan Buddhisme adalah sifat manusiawi.Orang yang bijaksana juga memahami konsep "apa yang mungkin diketahui dan tidak mungkin diketahui."
Tuhan yang Maha Tahu adalah karena keluasan dan kesempurnaan ilmuNya. Mengetahui yang tersembunyi dan yang tampak,yang nyata dan yang gaib,yang lalu dan yang belum terjadi termasuk “seandainya” terjadi. Faktor ini tidak akan pernah dimengerti Buddhisme selama mereka menolak Tuhan sebagai Pencipta.
Ilmu fisika kuantum adalah bagian ilmu yang diciptakan Tuhan jadi tidak semestinya Pencipta terikat dengan ciptaanNya.

Buddhisme menyatakan “. Apa yang Buddha dapat ramal atau prediksikan adalah pencapaian Kebuddhaan seorang Bodhisatta pada masa mendatang yang disebut vekkarana (Sanskrit: vyakarana).Jika demikian, apakah Tuhan samawi lebih hebat dibandingkan Buddha, karena sanggup mengetahui segalanya hanya dalam satu kilasan pikiran saja? Tunggu dulu! Baiklah kita akan melakukan telaah secara kritis.
Salah seorang penganut agama samawi pernah mengatakan bahwa Tuhan mengetahui penderitaan kita dan ikut bersedih karenanya, sebaliknya bila kita berbahagia Tuhan juga ikut berbahagia. Sekilas memang hal ini nampak "mengharukan." Tuhan sungguh peduli dan mengetahui perasaan kita. Tetapi marilah kira renungkan lebih jauh. Dalam saat yang bersamaan, tentu ada orang yang merasa senang dan juga sedih. Jika demikian, apakah Tuhan akan merasa senang dan sedih sekaligus? Ini tentu mustahil Kedua, jika Tuhan maha mengetahui, maka ia tentunya sudah mengetahui bahwa malaikat akan berkhianat dan menjadi iblis. Mengapa ia membiarkannya begitu saja?

Meluruskan ;
Nah ini yang tidak ada di dalam Islam dan memang dilarang.Ramal meramal.Prediksi diperbolehkan selama menggunakan data/perhitungan/statistik yang nyata,bukan prediksi berdasarkan bintang atau “kode alam”.
Sekali lagi,Buddhisme tidak memahami kesempurnaan Tuhan karena telah menolak Tuhan.
Tuhan Maha Mengetahui tetapi membiarkan malaikat berkhianat?
Sejak Kapan malaikat berkhianat?
Mengapa iblis dibiarkan begitu saja?
Dibiarkan hidup?Berarti ada kesempatan bagi iblis untuk bertobat.
Membiarkan iblis membangkang?Karena Tuhan menciptakan makhluk yang bernama PILIHAN berjenis kelamin NALAR bermadzhab KEHENDAK.Ternyata Iblis meMILIH untuk membangkang meski dia punya NALAR dan membangkang telah menjadi KEHENDAK iblis.


Salam ukhuwah

sumber : http://www.mail-archive.com/dharmajala@yahoogroups.com/msg03040.html

bacaan referensi
1.http://isyfatihah.blogspot.com/2010/09/mengenal-tuhan-dari-logika.html
2.http://isyfatihah.blogspot.com/2010/09/mengenal-tuhan-dari-logika-2.html

Pertanyaan untuk Buddhis ; Mengapa anda masih dibiarkan Tuhan untuk tetap hidup meski menolakNya? Seharusnya anda bisa mematikan diri sendiri dengan cara yang sama dengan Tuhan dan mampu menghidupkan diri sendiri dengan cara yang sama dengan Tuhan. Tetapi anda tidak mampu melakukan keduanya.

Kamis, 24 Februari 2011

Pandangan Keliru tentang Tuhan 1

Maha Suci Allah dari apa yang mereka katakana dan mereka sifatkan
Sholawat atas Rasulallah saw,keluarga dan pengikutnya

Tuhan dalam Agama Buddha?

Sebenarnya Budhis tidak dapat dikatakan atheis karena ajaran tersebut juga mengenal tuhan tetapi tidak sebagai pencipta.

1. Tuhan sebagai penguasa atau raja

Di atas alam nafsu keinginan ini terdapatlah dewa yang bernama Mahabrahma, kekuasaannya sungguh sangat besar. Namun Mahadewa ini dapat disamakan dengan Tuhan dalam pengertian samawi. Karena memiliki kekuasaan yang besar itu Mahabrahma dapat menolong umatnya (seperti Tuhan dalam agama samawi yang diyakini dapat menolong umatnya). Namun, kendati memiliki kekuasaan yang sangat besar, tetapi Mahabrahma tidaklah kekal, tidak maha pencipta, dan juga tidak maha kuasa. Dengan kata lain kekuasaannya tidaklah tak terbatas. Ia tunduk kepada hukum sebab akibat (karma), dan selain itu menurut Samyutta Nikaya, ia masih berguru pada Sang Buddha. Sekalipun umurnya teramat sangat panjang menurut ukuran umat manusia (seolah-olah terkesan kekal), tetapi suatu saat ia akan mati juga.
Mahabrahma masih memiliki berbagai macam perasaan, karena ia belumlah terbebas dari samsara. Oleh karena itu terkadang ia masih merasa senang atau sedih.Jadi sekali lagi, meskipun ada kemiripan antara Mahabrahma dengan Tuhan samawi, tetapi tetap saja terdapat perbedaan yang nyata. Umat agama samawi cenderung memberikan kuasa yang tak terbatas pada Tuhannya, sementara hal itu tidak dikenal dalam Buddhisme. Tentu saja kita harus dengan pikiran kritis membandingkan kedua konsep ketuhanan ini, yang sebenarnya sudah dibahas dalam suatu bab tersendiri. Namun secara ringkas, ada berbagai pertanyaan yang timbul terhadap konsep Tuhan semacam itu. Pertama-tama harus dijelaskan asal mula kejahatan.
Bila Tuhan adalah suci, lalu darimana munculnya kejahatan? Kedua, bila Tuhan itu maha baik, mengapa ia tidak menghapuskan saja penderitaan umat manusia? Sebenarnya masih banyak pertanyaan lainnya, tetapi akan kita cukupkan dua pertanyaan saja, oleh sebab masih banyak hal yang perlu kita bahas.

Sanggahan ;
• Sifat wajib bagi tuhan adalah kekal dalam arti sebenarnya.Mahabrahma,dalam Budhis,tidak memiliki sifat kekal bahkan memiliki kekurangan dalam ukuran moral sebagai bukti adalah statement “menurut Samyutta Nikaya, ia masih berguru pada Sang Buddha”.Mahabrahma bukanlah tuhan melainkan tokoh yang diadakan atau diciptakan untuk ada.
• Tuhan bebas dari samsara = menurut agama Islam = sedangkan Mahabrahma masih terkungkung dalam samsara jadi Mahabrahma sederajat dengan manusia dalam hal keinginan.
• Menurut Islam kekuasaan Tuhan tidak terbatas tetapi dalam Buddhisme hal yang demikian tidak dikenal karena Buddhisme sendiri telah menolak eksistensi Tuhan sebagai Pencipta.
• Pertanyaan dari Buddhisme,” Bila Tuhan adalah suci, lalu darimana munculnya kejahatan?
Jawaban = Tuhan yang Maha suci tidak menyebabkan kejahatan,justru Dia menciptakan kejahatan itu ada sebagai keseimbangan dari kebaikan yang diciptakan. Kejahatan/kebaikan timbul karena pilihan yang dilakukan atas kehendak manusia.
• Pertanyaan dari buddhisme,” bila Tuhan itu maha baik, mengapa ia tidak menghapuskan saja penderitaan umat manusia?
Jawaban = Inilah yang tidak dikenal oleh Buddhisme.SABAR-SYUKUR-PILIHAN.

2. Tuhan sebagai hakim yang adil

Para penganut agama samawi yakin bahwa orang yang baik akan memperoleh kebajikan, sebaliknya orang yang berbuat kejahatan akan dihukum. Orang mengatakan bahwa Tuhan memiliki mata dan telinga yang dapat menembus segalanya. Apakah aspek semacam ini juga dikenal dalam Buddhisme? Tentu saja, namanya adalah kamma niyama atau yang lebih dikenal dengan hukum karma. Secara prinsip, hukum karma juga berbunyi: "menanam kebajikan akan menuai kebajikan, menanam kejahatan akan menuai kejahatan." Menurut Buddhisme hukum ini berlangsung tanpa pandang bulu. Meskipun Anda seorang raja yang sangat berkuasa, Anda tetap tidak akan sanggup meluputkan diri dari cengkeraman hukum karma.Perbedaan nyata antara hukum karma dengan Tuhan, adalah dalam hal berpribadi dan tidak berpribadi. Hukum karma bukanlah sesuatu yang berpribadi (impersona), sedangkan Tuhan adalah sesuatu yang berpribadi (persona). Bila kita menelaah secara kritis, maka justru konsep Tuhan persona-lah yang menimbulkan pertanyaan. Jikalau Tuhan masih memiliki pribadi, maka bagaimana mungkin hukumnya itu dijalankan secara adil? Ada agama tertentu yang mengajarkan bahwa bila kita memohon ampun atas segenap kesalahan yang pernah dilakukan, maka Tuhan akan mengampuni kita dan tidak jadi menjatuhkan hukumannya. Keyakinan semacam ini tentu saja bersifat kontradiktif dengan ketentuan Tuhan yang telah digariskan sebelumnya, yakni kejahatan akan diganjar dengan kejahatan. Adanya pembatalan hukuman ini dimungkinkan bila Tuhan dianggap bersifat persona. Agama lain lagi, bahkan mengajarkan berbagai upacara ritual untuk mengambil hati Tuhan, sehingga ia tidak marah lagi dan membatalkan hukuman yang hendak dijatuhkan.
Buddhisme tidak mengenal konsep-konsep seperti di atas. Hukum karma berlaku mutlak dan tidak dapat disuap! Bila hukum karma dapat disuap, misalnya dengan berbagai upacara ritual, maka kasihan sekali orang yang miskin, karena mereka belum tentu sanggup membiayai penyelenggaraan upacara ritual tersebut.

Sanggahan :
• Buddhisme berpendapat “Bila kita menelaah secara kritis, maka justru konsep Tuhan persona-lah yang menimbulkan pertanyaan. Jikalau Tuhan masih memiliki pribadi, maka bagaimana mungkin hukumnya itu dijalankan secara adil?
Jawaban ;
Buddhisme tidak mengenal kesempurnaan dan kesucian Tuhan jadi masih beranggapan bahwa Tuhan memiliki pribadi seperti manusia.Dan dalam link ini,Buddhisme tidak mendefinisikan “adil” secara tepat.Adil yang dimaksud adalah dibagi rata atau sesuai proporsi masing2? Adil dalam pandangan manusia atau adil berdasar penilaian Tuhan?
• Ada agama tertentu yang mengajarkan bahwa bila kita memohon ampun atas segenap kesalahan yang pernah dilakukan, maka Tuhan akan mengampuni kita dan tidak jadi menjatuhkan hukumannya. Keyakinan semacam ini tentu saja bersifat kontradiktif
dengan ketentuan Tuhan yang telah digariskan sebelumnya, yakni kejahatan akan diganjar dengan kejahatan. Adanya pembatalan hukuman ini dimungkinkan bila Tuhan dianggap bersifat persona
Jawaban ;
Buddhisme tidak mengetahui bahwa dalam Islam berlaku penghargaan yaitu ;
1.“jika sebatas niat berbuat jahat maka tidak ada dosa baginya. Niat baik meski hanya niat saja telah dihitung sebagai kebaikan”
2.”perbuatan jahat hanya diganjar sesuai kejahatan yang dilakukan,tetapi perbuatan baik diganjar berlipat dari yang semestinya”
3.”perbuatan baik dapat menghapuskan kesalahan sebelumnya”

Apakah Budha juga mengenal 3 point diatas?
Budha juga tidak mengenal taubat,yaitu meninggalkan perbuatan dosa, menyesali perbuatannya, berjanji tidak mengulangi lagi apa yang telah dilakukan, dan kembali pada perbuatan yang sesuai dengan syariat.
Penyesalan dan permohonan ampun tidaklah cukup dianggap bertaubat, jika masih saja melakukan dan melestarikan perbuatan maksiat.Konsep ampunan dalam Islam pada dasarnya mengajak “pikirkan dahulu jangan menyesal kemudian”.
Jika seseorang karena lupa/lalai/ceroboh lalu terjerumus perbuatan dosa kemudian bertaubat maka berlaku kondisi bebas kesalahan (kesalahan tetap ditulis tetapi hukuman ditiadakan).Jika seseorang dengan kesadaran penuh untuk melakukan perbuatan dosa berarti dia telah membangkang Tuhan dan masih wajib baginya untuk bertaubat seperti anak kecil yang tetap bandel meski telah dilarang sang ayah namun jika si anak mengakui kesalahan dan tidak mengulangi di masa mendatang,apakah bapak masih menghukum dengan keras?
Adalah wajar jika Tuhan mencabut keputusan yang lalu dan mengganti dengan keputusan baru mengingat Dia adalah pemegang otoritas penuh sebagai pemilik alam.


Salam ukhuwah

sumber : http://www.mail-archive.com/dharmajala@yahoogroups.com/msg03040.html


Pertanyaan untuk Buddhis : Kursi yang anda duduki timbul dari proses atau tiba-tiba ada? Pertanyaan saya adalah karena penolakan Buddhisme terhadap Tuhan sebagai Pencipta.

Taman Surga,,,,,Takwa

Atas izin Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
Sholawat pada Rasulullah saw beserta keluarga dan pengikutnya


“Takwa itu ada disini (sembari menujukkan kea rah hati)” HR At Tirmidzi

“Ilmu adalah cahaya,ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan berisi air jernih” (Imam Al Waki ra-guru dari Imam asy Syafii ra)

Hati adalah segumpal daging,jika hati itu baik maka baiklah seluruh tubuh dan jiwa.Jika hati itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh dan jiwa.
Masih menjadi misteri antara hubungan hati (daging) dengan iman manusia.
Tanpa proses penyucian bagian tubuh yang bernama hati,tiada perubahan akhlak yang bisa diharapkan.Bukanlah takwa itu adalah sorban atau fasih berbahasa Arab atau rajin datang ke pengajian tetapi bagaimana takwa itu dihasilkan dari pembersihan hati yang ikhlas guna mencapai kesempurnaan akhlak.

Seharusnya tiap hamba wajib bersyukur atas karunia berupa kemampuan melakukan ketaatan/mampu beribadah bukan menuntut Allah agar memberi balasan pada perbuatannya.
Firman-firman Allah di Al Quran seperti “hai orang beriman,hambaKu yang ikhlas,hai jiwa yang tenang….” Bukanlah gelar yang telah kita peroleh tetapi perintah Allah kepada kita untuk meraih gelar tersebut.
Aneh dan mengherankan (tapi tak mengapa) bila seseorang mengharapkan pahala dalam beramal.Sebenarnya cukup bagi kita jika Allah menerima amal (tanpa perlu bagi kita untuk memikirkan ganjaran pahala).
Wajib bagi tiap individu muslim untuk memiliki prasangka baik pada Allah,kesalahan berprasangka padaNya akan menjatuhkan kita lebih cepat dan lebih dalam tergelincir dalam kebinasaan.
Ikhlas adalah kehadiran Allah di hati dalam gerak,diam,sunyi,ramai,tidak cenderung pada nafsu dan duniawi.

Salam ukhuwah

Taman Surga,,,,,,Berdzikir

Atas izin Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
Sholawat pada Rasulullah saw beserta keluarga dan pengikutnya

Berdzikir adalah kegiatan mengingat Allah yang dilakukan baik dengan diam maupun bergerak (duduk, berdiri dan berbaring) dan didalamnya mencakup 3 hal,yaitu :

1. Dzikir Lisan
Bisa dilakukan dimana saja kecuali kamar mandi,toilet dan tempat najis lainnya.Bacaan yang bisa dijadikan dzikir adalah keseluruhan kalimat thoyibah maupun ayat-ayat Al Quran.Keseluruhan dzikir lisan sewajarnya bisa dilakukan secara kontinyu meski hanya membaca Al Quran 1 halaman 1 hari,istighfar 100 x 1 hari,tasbih 100 x 1 hari,sholawat 100 x 1 hari dan sebagainya.Perlu juga diketahui bahwa ucapan-ucapan baik (termasuk SMS,tulisan di internet) seperti amar ma’ruf nahi munkar,salam pada tetangga dan lain-lain bukan perkataan dusta-membual-berbohong adalah bagian dzikir.
Tiada ucapan melainkan akan menjadi saksi bagi pemilik ucapan yang akan memberatkan atau meringankan timbangan amalnya,tiada ucapan melainkan akan menjadi sebab timbulnya lawan maupun kawan.
Dzikir lisan yang kontinyu dilakukan akan menjadi kebiasaan yang melekat pada pribadi muslim dan akan menjadi semacam wirid serta benteng dari segala bentuk godaan baik dari bisikan nafsu maupun ide setan.
Wirid ini hanya bisa dilakukan semasa hidup saja dan hendaklha tiap muslim menjadikan wirid sebagai jalan untuk menuju tingkat penghambaan yang sempurna melalui penyucian hati (dan sebagai sarana untuk mencari kenikmatan di balik dzikir itu sendiri,seperti ketenangan dan kedamaian atau menghadirkan surga di hati semasa hidup).Apabila hal tersebut dapat dilakukan (penyucian hati) maka hati yang bersih dapat menerima cahaya Ilahi untuk menerangi jiwa sang pelaku ,kehidupan sekitarnya dan terakhir sebagai rahmat bagi alam semesta.

2. Dzikir Hati/Qolbu
Menghadirkan Allah dalam gerak dan diam.Hidayah bukanlah sesuatu yang datang secara tiba-tiba melainkan diawali dengan proses.Proses tersebut bisa muncul karena kehendak Allah yang bersifat mutlak (kematian,hilang harta,hilang jabatan-musibah) dan bisa pula muncul dari kehendak Allah yang bersifat pilihan (manusia diberi ilham untuk berdzikir dan tergantung kepada manusia apakah akan mengambilnya atau meninggalkan ilham tersebut).Menghadirkan hati pada dzikir lisan seyogyanya dilakukan secara maksimal dengan bersungguh-sungguh konsentrasi pada bacaan bukan melamun atau berniat mencari fadhilah2 dari kalimat dzikir tersebut.Karena tiada pemberian dari Allah melainkan sudah ditulis pada nasib seseorang tinggal bagaimana orang tersebut menyikapi pemberian tersebut.Contoh adalah sholat hajat sebagai sarana meminta secara khusus.Bukanlah tujuan dari sholat tersebut sebagai akhir dari hidup tetapi menjadikan Allah sebagai muara permohonan,menempatkan hamba pada posisi sebenarnya (lemah),menjadikan Allah sebagai tempat berharap paling baik, menjadikan Allah sebagai penolong yang paling baik.
Bukan bula sebagai sarana mencapai kekeramatan (karomah).Seseorang yang dikaruniai karomah bukan jaminan bahwa orang tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan,bahkan bisa menjadi batu sandungan baginya apabila muncul takabur,ujub dan riya’ pada hatinya.
Tujuan utama dari dzikir hati/qolbu adalah perbaikan akhlak dan mendidik hamba untuk mengerti kedudukannya di hadapan Tuhan.

3. Dzikir Perbuatan
Segala gerak dan diam yang dilakukan dalam rangka menjalankan perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah saw.Merupakan ibadah lahir yang timbul dari konsekuensi syahadat dan harus sejalan harmonis dengan dzikir lisan dan dzikir hati.
Berhubungan sex merupakan perbuatan baik yang bernilai dzikir apabila dilakukan dengan pasangan sah melalui cara yang benar (tidak sodomi) terlebih diawali dengan wudlu dan doa.Mengapa?Mengabaikan hak pasangan adalah perbuatan keliru dan berdosa.Menafkahi keluarga adalah sedekah jika dilakukan dengan memperhatikan secara benar sumber pendapatan dan cara-cara yang benar.

Dengan kombinasi 3 macam dzikir diatas,akan tercapai keseimbangan dalam melakukan hubungan vertical maupun horizontal.Seseorang belum dikatakan/dinilai berakhlak mulia apabila dia masih melakukan ghibah(ngrasani elek=jawa,membicarakan keburukan orang lain tanpa sebab yang dibenarkan syariat) dan lain-lain perbuatan tercela meskipun dia rajin beribadah sunnah tanpa meninggalkan yang wajib.Sebaliknya,belum juga dinilai berakhlak mulia meski dia selalu berbuat baik pada makhluk Allah (malaikat,jin,tumbuhan,hewan dan manusia) tetapi tidak pernah/jarang menunaikan ibadah wajib dan sunnah-sholat lima waktu,puasa pada bulan Ramadhan, sholat Dhuha dll-.
Akhlak mulia hanya bisa dicapai hanya dengan menjaga keseimbangan antara menjaga hak-hak Allah dan memperhatikan hak-hak makhlukNya.
Secara sengaja atau tidak sengaja,langsung atau tidak langsung harus diselami bahwa pelaksanaan 3 macam dzikir diatas menempatkan seseorang pada meridloi Allah sebagai Tuhan,meridloi Islam sebagai agama,meridloi Al Quran sebagai penduan dan meridloi Muhammad saw sebagai nabi.
Kondisi keimanan adalah fluktuatif tetapi ketakwaan dan perlindungan Allah akan tetap mejaga seseorang untuk tidak melampaui batas dalam melewati perjuangan yang hanya tersedia satu tiket perjalanan.Alam ruh-alam rahim-alam nyata-alam barzah-alam akhirat.

Salam ukhuwah

Sabtu, 05 Februari 2011

Kesaksian Trinitas (Konsili Nicea)


Hanya Allah,bukan yang lain
Sholawatku pada Rasulallah saw dan keluarga serta sahabat dan pengikut beliau
 
Tentang trinitas,saya ber-logika demikian (dalam lingkaran) ;
1.Sebagai 1 hakekat
Allah adalah Yesus,Yesus adalah Roh Kudus,Roh Kudus adalah Allah dan demikian itu berputar terus
2.Sebagai 3 pribadi
Allah bukan yesus,Yesus bukan Roh Kudus,Roh Kudus bukan Allah dan demikian berputar terus.


Dalam Alkitab tidak ada ayat yang secara tegas menjelaskan konsep Trinitas kecuali  1 Yohanes 5:7-8.
Dr. GC. Van Niftrik dan D.S.B.J Boland menulis “Di dalam Alkitab tidak diketemukan suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata TRITUNGGAL ataupun ayat-ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut, mungkin dalam Yohanes 5:6-8. Tetapi sebagian besar dari ayat itu agaknya belum tertera dalam naskah aslinya. Bagian itu setidak-tidaknya harus diberi kurung.” (Dogmatika masa kini, hlm. 418).

(6) Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.
 (7) Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.
 (8) Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
 (9) Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

 “Ayat 7-8: ‘di dalam sorga….. di bumi.’ Bagian ayat ini tidak terdapat dalam naskah-naskah Yunani yang paling tua dan tidak pula dalam terjemahan-terjemahan kuno, bahkan tidak dalam naskah-naskah paling baik dari Vulgata. Bagian ini kiranya aslinya sebuah catatan di pinggir halaman salah satu naskah terjemahan Latin yang kemudian disisipkan ke dalam naskah-naskah oleh penyalin dan akhirnya bahkan disisipkan ke dalam beberapa naskah Yunani. Karenanya bagian ini pasti tidak asli.” (Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan, (Imprimatur Mgr Donatus Jagom SVD, Uskup Agung Ende-Ndona 1974), cetakan tahun 1976-1977, hlm. 563.
"Kesaksian bukanlah suatu pernyataan yang mengarahkan pada penjelasan Bapa,Roh Kudus dan Firman adalah tuhan,kesaksian adalah satu pun tidak memiliki dasar kuat bahwa ketiganya adalah satu hakekat,,," (Abu Hanan)

Walhasil membingungkan meski sudah ditemani secangkir rokok dan sebatang kopi.....Karena saya kesulitan mengartikan bahwa bukan = adalah,,,,,
Dan kebingungan tersebut terpecahkan jika saya berdasarkan pada azas kebutaan dan berpegang pada Konsili Nicea,,,,,,
Dan aku percaya kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah yang Tunggal.
*yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman,
"Allah dari Allah", terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat, "sehakekat dengan Sang Bapa", yang dengan perantaraan-Nya, segala sesuatu dibuat;
*Aku percaya kepada Roh Kudus, yang menjadi Tuhan dan yang menghidupkan, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan.

Salam ukhuwah

Pesan : Saya mengajak kepada semua orang untuk bersama mengkaji/menelusuri kebenaran ayat tersebut dan dimulai dari naskah tertua Injil yang pernah ada baik naskah berbahasa Indonesia,Jawa,Sunda,Batak, Bali,Inggris maupun bahasa Asli yang digunakan Yesus semasa diutus..Mari,,,,,,

Pertanyaan Sulit Untukmu

Hanya Allah,bukan yang lain
Sholawatku pada Rasulallah saw dan keluarga serta sahabat dan pengikut beliau


Menjelang Isya’ sering terlantun surat Ar Rahman dan ada ayat  sering membuat saya terenung.
Demikian arti ayat (insya Allah) :

“Pada waktu itu tidak ada pertanyaan mengenai dosa kepada manusia dan jin” (Ar Rahman 39).

Mengenai dosa?Mengenai kesalahan semasa hidup?
Jika disebutkan “pada waktu itu” maka pastilah akan ada waktu lagi setelahnya.
Pertanyaan mengenai apakah gerangan?
Kemanakah manusia dan jin akan menghindar jika mendapati pertanyaan yang tidak dapat dihindari?
Semua agama pasti mengajarkan pemeluknya untuk berbuat baik.Hindu,Budha,Kristen,Kong Hu Cu dan agama/keyakinan lainnya pasti akan mengajarkan berbuat baik,puasa,zakat (dalam bentuk sesuai dengan ajaran masing2).Namun akan ada satu pertanyaan yang menjadikan semua agama tersebut menjadi berbeda.
Siapakah Tuhanmu?
Pertanyaan yang akan mengakibatkan semua perbuatan baik yang dilakukan semasa hidup akan dinilai berbeda.
Dalam surat Al ‘Ashr disebutkan “seluruh manusia dalam keadaan merugi kecuali yang beriman dan beramal soleh”.
Iblis adalah makhluk Allah yang memiliki iman/keyakinan lebih tinggi daripada manusia dan jin.Boleh jadi kadar imannya setara dengan malaikat,namun iblis berada dalam keadaan merugi karena tidak pernah berbuat baik/beramal sholeh dalam hidupnya.
Malaikat adalah makhluk Allah,beriman dan taat namun mereka dalam kedaan merugi.Karena mereka tidak diuji seperti layaknya manusia dan jin.
Manusia adalah makhluk Allah yang memiliki iman dengan kadar naik-turun dan diwajibkan berbuat baik namun iman/keyakinan yang dimiliki belum tentu sesuai dengan yang dikendaki Allah swt.
Kaum atheis pun mampu berbuat baik namun perbuatannya tidak akan berarti apa2 jika dia tidak memiliki iman.Agama2 selain Islam juga mengajarkan iman,namun iman yang bagaimana yang diajarkan?
Kembali ke pertanyaan diatas,Siapakah Tuhanmu?
Bukan karena takut neraka,atau mengharapkan surga yang berisi kenikmatan2 seperti kenikmatan sex,makanan dan minuman,kenikmatan tidur,memiliki perhiasan mahal.Akan tetapi dengan mendasarkan pada tabiat manusia “kalau bisa hidup senang kenapa pilih menderita?” maka wajar jika sebagian orang mengharap surga dalam hidupnya.Yang lebih tinggi dari itu adalah perjumpaan dengan Allah.Bukan moksa atau mencapai nibbana (moksa/nibbana berbeda kondisi dengan menjumpai Tuhan).

Salam ukhuwah