Senin, 07 Maret 2011

Islam (3),Al Quran sebagai Sumber Hukum

Dengan izin Allah yang Maha Sempurna dan meliputi
Sholawat atas Rasulullah saw,keluarga dan pengikutnya

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An Nisaa 59)

Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman. Maka beliau bersabda : “Bagaimana engkau menghukum (sesuatu) ?”. Mu’adz menjawab : “Saya akan menghukum dengan apa-apa yang terdapat dalam Kitabullah”. Beliau bersabda : “Apabila tidak terdapat dalam Kitabullah ?”. Mu’adz menjawab : “Maka (saya akan menghukum) dengan Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam”. Beliau bersabda kembali : “Apabila tidak terdapat dalam Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ?”. Mu’adz menjawab : “Saya akan berijtihad dengan pikiran saya….”.

Dari hadits Mu’adz bin Jabal dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ;
1. Al Quran bukanlah kitab hukum yang memuat aturan-aturan hukum secara lengkap dan terinci melainkan hanya memuat kaidah-kaidah hukum yang menjadi dasar untuk dikaji secara teliti dan dikembangkan oleh manusia.
2. As Sunnah,pun pada umumnya hanya mengandung kaidah-kaidah umum yang harus dikaji lebih lanjut untuk dapat diterapkan pada berbagai macam permasalahan.
3. Akal,seseorang tidak boleh menolak suatu masalah meski belum ada atau tidak ada dasar hukum yang mengatur tentang permasalahan yang dihadapi.Wajib baginya untuk menempuh berbagai solusi yang dapat mengantar menuju keadilan dan kebenaran.



Al Quran adalah sumber hukum utama yang memuat kaidah-kaidah mendasar/azasi yang membutuhkan kajian lebih teliti untuk dikembangkan.Al Quran juga memuat isyarat/tantangan bagi sains namun adalah perbuatan sia-sia dan mustahil bila kita mencoba untuk mencari penjelasan ilmiah yang terinci di dalam Al Quran.Sebagai contoh anda tidak akan menemukan dalil secara tegas yang menyatakan bahwa bumi adalah bulat,tidak akan ada pula rumus trigonometri,tidak pula panduan menjalankan perusahaan dan sistem akuntansi.Untuk itu,saya mengajak para cendekia dan ilmuwan,kalangan akademisi untuk kembali menjadikan Al Quran sebagai pedoman utama dalam mengembangkan pengetahuan dan sebagai kerangka dasar segala kegiatan intelektual.

Sebagai pedoman abadi,Al Quran memiliki beberapa hal bagi manusia ;
1. memberi pengetahuan struktur alam semesta,pengenalan kepada Tuhan YME,memberitahukan perihal gaib dan pembahasan kehidupan akhirat dan kejadian di hari kiamat termasuk pada hari perhitungan.Al Quran memuat gagasan yang diperlukan manusia tentang siapa manusia,kedudukan manusia,tujuan hidup manusia dan bagaimana manusia berakhir.
2. memuat petunjuk yang mirip sejarah baik kisah orang biasa,penguasa,orang suci dan para utusan termasuk ujian bagi mereka semua kemudian penilaian dan pesan dari Allah tentang akhir dari tiap kisah pada Al Quran.Petunjuk tersebut ditujukan bagi manusia pada masa sekarang (hidupnya) meskipun petunjuk tersebut mengambil tempat dan waktu yang telah lalu.
3. Bahwa Al Quran mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan kesan yang berbeda bagi tiap pembacanya.Seseorang yang membaca dan mempelajari Al Quran agar hidupnya lebih berguna maka berkahlah hidupnya dalam tiap nafas dan detak jantungnya.Sebaliknya,jika seseorang mempelajari Al Quran untuk menyesatkan manusia lain atau mencari kesalahan/kelemahan Al Quran maka justru Al Quran akan menjadi sebab kegelapan menyelimuti hati orang tersebut.Pembaca Al Quran yang membutuhkan obat penawar bagi kesusahan yang melanda hatinya akan menemukan ketenangan dengan membaca ayat2 Allah swt.Al Quran adalah perkataan dari Sang Pencipta maka bagi pembacanya seolah-olah seperti berbicara dengan Allah swt hanya saja sedikit orang yang menyadarinya.

Ada orang mengkritik Al Quran karena bahasa yang digunakan bukanlah bahasa to the point atau seperti apa adanya melainkan bahasa penuh symbol/syair/puitis,dan sebagian orang juga mengajukan kritik bahwa Al Quran memuat surga-neraka dan digambarkan bersifat inderawi dan kesenangan berbau material.
Kritik2 tersebut,bisa jadi,timbul karena mereka tidak mengerti/tidak mau mengerti bahwa sebenarnya Al Quran mengandung berbagai tingkat pengertian sesuai kadar rohani dan pengetahuan pembacanya.
Membaca satu ayat saja,misal =” wal ashr”=, akan menimbulkan pengertian yang berbeda antara professor dengan petani,berbeda pula pengertian yang diperoleh kyai/ulama dengan guru besar,tukan bakso dan pengacara dan semacamnya.Kesenangan inderawi di surga bukanlah hal yang tabu karena jika pembacanya berada di tingkat terendah pemahaman ruhani maka akan terpacu untuk berbuat baik tetapi keadaan demikian tidak akan terjadi pada orang yang memiliki tingkat rohani lebih tinggi.Kebanyakan orang yang tingkat ruhaninya tinggi sudah merasa bahagia jika dapat berjumpa dengan tuhannya.Berjumpa saja,tidak lebih.
Wajib diketahui,Al Quran adalah kitab suci yang terbuka (siapapun boleh membaca).Tidak ada larangan bagi kalangan ekonomi rendah,agama lain,pendeta.pastor dan sebagainya untuk membaca dan mempelajari Al Quran maka dari itu Al Quran hanya memuat kaidah umum dan mendasar saja.Jadi akan membuang-buang waktu saja apabila mengajukan kritik terhadap Al Quran karena biasanya pengkritik tidak bisa memahami bahasa Al Quran atau tidak mampu menerima penjelasa yang terdapat di Al Quran.Contohnya,ada sebagian orang menilai dan berpendapat 1 hari di sisi Allah sama dengan 1000 tahun bumi dengan konversi matahari.Padahal di ayat lain juga menyatakan bahwa 1 hari Allah sama dengan 50.000 tahun bumi.Apabila pembacanya menggantungkan ”harapan” pada kata-kata saja maka tidak salah bila dia berpendapat sesuai kata-kata tapi adalah kebodohan yang nyata jika dia tidak menyimak makna dan konteks (tujuan) ayat tersebut.

Al Quran juga mengandung konsep hukum yang sangat luas dan meliputi segalanya dan keadaan itu disesuaikan dengan sifat San Pencipta yang ilmuNya meliputi seluruh alam.Konsep hukum Al Quran tidak dapat dipisahkan dari rukun iman,rukun Islam dan ihsan/akhlak.
Meski suatu perbuatan tidak dapat dikategorikan kriminal/melanggar hukum namun akan tetap ada pertanggungan jawab dari pelaku.Contohnya,tidak sholat Maghrib atau minum sedikit air wudlu saat berpuasa atau membuang sampah di pekarangan tetangga.ketiga contoh perbuatan tersebut tidak akan menyebabkan pelakunya dipidana tetapi seseorang yang yakin akan hisab Allah swt akan sadar dan tahu bahwa dirinya telah menlanggar ketentuan Allah tentang akhlak yang baik dan ditanya padanya tentang sebab2 perbuatan dilakukan dan tentunya akan ada reward atas perbuatan-perbuatan telah yang dilakukan.

Al Quran memuat kata-kata yang padat dan masih membutuhkan penjelasan dan penafsiran pada sebagian isinya.
Oleh karena itu,tak usah heran jika tafsir Al Quran akan berkembang terus dan selalu berbeda dengan tafsir-tafsir generasi sebelumnya.Perbedaan tersebut lebih banyak terjadi karena teks dan bahasa Al Quran adalah abadi yang mengikuti perkembangan dan pengetahuan manusia (atau Al Quran jauh mendahului pengetahuan dan pemahaman manusia sehingga mengesankan jika tafsir “selalu diperbarui” ?).

Tafsir Al Quran dapat berubah karena mengikuti kecedasan manusia dan dapat juga sebagai cermin dari aspek yang menjadi pusat studi para penafsirnya.Contoh,”langit yang seimbang” mungkin akan ditafsirkan berbeda jika penafsirnya berlatar belakang fisika dan yang lain adalah akuntan.
Tak perlu heran jika tafsir Al Manar berbeda dengan tafsir Ibnu Katsir,tafsir Quraish Shihab berbeda dengan tafsir Abu Hanan Abdullah, dan sebagainya.Perbedaan tersebut tidak akan berbeda 100% tetapi kadar perbedaan mungkin sekitar 40%-60% saja dan menjadi berbeda karena tafsir yang datang kemudian tidak wajib mengikuti tafsir pendahulunya.
Wajib dipahami bahwa sebaik-baik penjelasan,sehebat apapun tafsiran dan sejelas apapun terjemahan tetap tidak akan merubah keadaan bahwa KETIGAnya adalah bukanlah Al Quran dan bukan bagian Al Quran serta tidak bisa plus tidak boleh disamakan dengan Al Quran.

Meski demikian akan tetap ada pendapat bodoh yang menyatakan bahwa tafsir abad 20 harus sesuai dengan tafsir klasik dan akan tetap ada pula pendapat bodoh yang menyatakan bahwa tafsir Al Quran adalah seperti Al Quran sendiri.
Kebodohan-kebodohan seperti itu akan tetap ada selama Al Quran masih ada seperti selalu ada kebenaran selama kesalahan masih ada.Akan berlangsung terus dari generasi ke generasi, dari masa ke masa hingga hari akhir.Keadaan tersebut telah dijelaskan Allah pada


Saya hanya berpesan jangan biarkan kebodohan betah di hati anda atau mungkin anda betah jadi orang bodoh???

Salam ukhuwah

Link terkait : Memahami Kesempurnaan Al Quran
Al-Qur’an memang memiliki karakteristik yang mengagumkan, sebagaimana ungkapan Ibnu Abbas, ”Al-Qur’an itu bagaikan permata yang memancarkan cahaya dari sisi yang berbeda-beda.” 

4 komentar:

  1. Bang kalau saya cek di blog Anda coba cari kata Beranda atau
    Rasulullah dan Pengikutnya atau
    Orang Tua atau
    Hukum atau
    Sains pada menu Rancangan Edit HTML

    Itu pasti dalam satu kesatuan.

    Kalau masih bungung cari kode yang mirip dengan

    <li><a href='http://isyfatihah.blogspot.com/'>Beranda</a></li>

    Lalu Anda hapus dan ganti dengan kode yang saya berikan.

    Jika sudah ketemu/belum silahkan berkomentar kembali...

    BalasHapus
  2. Oke mas,saya akan mencobanya.
    Berhasil atau tidak,akan saya kabari.
    Salam

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum ....

    Saya kadang-kadang heran KANG ABU, ada sebagian manusia menafsirkan Al-Qur'an itu dengan seenaknya dan bisa dikatakan membabi buta menurut saya.
    misal tentang Pemimpin dari KAUM WANITA, dihubungkan dengan ayat yang artinya "laki-laki adalah pemimpin bagi wanita". dengan ayat ini kadang-kadang sebagian dari mereka mengharamkan pemimpin dari kaum wanita. atau bisa saya katakan laki-laki harus jadi pemimpin, wanita gak boleh. apakah ini bisa dikatakan sebagai bentuk kebodohan ?.. atau mungkin saya yang kurang memahami ayat tersebut.

    SALAM

    BalasHapus
  4. waalaikumsalam,,,

    "laki2 adalah pemimpin bagi wanita" dapat diartikan pada lingkup keluarga,akan tetapi pada ruang lebih luas kita dapat dengan mudah dipatahkan pada hadits (intinya) "urusan yang dipegang wanita lebih banyak buruknya".
    Sejarah mencatat Inggris dan Indonesia pernah dipimpin wanita,hasilnya = dipimpin laki2.Dalam menafsirkan AQ,sebenarnya lebih diprioritaskan pada kebersihan rohani sebagai wadah menerima ilham (krn wahyu sudah dibukukan).Setelah itu baru pengetahuan+latar belakang penafsir akan mewarnai.Saya pernah dipimpin 2 kali oleh Kepala cabang wanita,hasilnya gak jauh beda amburadulnya dgn saat dipimpin laki2.
    Entahlah,bagi saya "mengharamkan"wanita menjadi pemimpin adalah langkah yang terlalu jauh dan terlalu berani untuk dilakukan.
    salam ukhuwah

    BalasHapus