Kamis, 01 Maret 2012

Suluk sbg jalan Penyucian Jiwa

Tasawuf menyebut kemajuan dalam kehidupan spiritual sebagai suluk dan sang pencari Allah sebagai salik atau “penempuh jalan spiritual”. Makna lateral suluk adalah menempuh jalan, yang merupakan suatu tindakan fisik dan bisa dipandang sebagai gerakan dalam dimensi ruang. Hanya saja dalam istilah teknis, yang dimaksud suluk adalah “perjalanan spiritual” dan bukan gerakan dalam dimensi ruang.

Suluk nafs, hawa- nafsu, disebut tazkiyah an-nafs atau “penyucian jiwa”. Ini berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji dan malakuti, sesudah membersihkannya dari sifat-sifat tercela dan hewaninya. Dengan kata lain, diri dibersihkan dari kotoran dan kerusakannya, diubah menjadi an-nafs al-lawwamah( jiwa yang tercela ) dan akhirnya menjadi an-nafs al-muthma’innah atau “jiwa yang tenang”. Dengan demikian, suluk bukanlah gerakan dalam dimensi ruang, melainkan kemajuan dalam kehidupan spiritual, yakni gerak maju dan sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat baik dan terpuji; gerak maju ini adalah nama lain bagi transmutasi atau perubahan normal manusia batiniah.

Suluk qalb (kalbu atau hati ) diistilahkan sebagai tashfiyah al-qalb atau “penyucian kalbu”. Yang dimaksud dengan menyucikan  kalbu ialah menghapuskan darinya kecintaan pada dunia fana ini, kekawatirannya atas berbagai macam kesedihan dan kedukaan, kencenderungannya pada hal-hal duniawi serta segenap pikiran muluk-muluknya yang sia-sia.

Suluk sirr ( secara harfiah berarti “rahasia”, yakni sebuah organ pemahaman spiritual ) disebut takhalliyah as-sirr atau “pengosongan sirr”. Ini berarti mengosongkan sirr dari segala macam pikiran yang bakal menyimpangkannya dari ingat kepada Allah atau zikir. Fakultas atau kemampuan mestilah dijaga sedemikian rupa sehingga pikiran tentang sesuatu selain Allah tidak akan memasukinya. Jika mendadak sontak muncul sesuatu kepermukaan, maka hal itu harus segera dihapus.

Suluk ruh ( “jiwa” , sebuah organ kontemplasi mistis ) diungkapkan dengan tajalliyah ar-ruh atau pencerahan ruh. Ini berarti mengisa jiwa dengan visi tentang Allah dan gelora cinta-Nya.

2 komentar:

  1. Salam ukhuwah mas Hanan...apakah seorang salik boleh thinking out of the box tuk mencari Tuhannya? dan dia tetap mempunyai seorang guru..
    jzkk, wasslm

    BalasHapus
  2. uda sayah kunjungi blog mbak....dan jejak juga disana..

    wassalam

    BalasHapus